Kawasan konservasi hutan mangrove Tarakan masih memerlukan perhatian agar lebih memberi manfaat ke masyarakat.
Keberadaan hutan mangrove di Kota Tarakan
memang tak disangsikan. Terasa sangat indah, nyaman dan asri. Bahkan,
hutan kota seluas 9 hektar yang masih akan diperluas menjadi 13 hektar
itu sudah menjadi icon Tarakan di mata pelancong mancanegara. Pasalnya,
di kawasan ini terdapat sedikitnya 11 spesies satwa dilindungi, terutama
kera berekor panjang atau Bekantan yang populasinya sekitar 30 ekor.
Tapi,
keindahan dan keasrian hutan kota ini masih menuntut perhatian. Bukan
hanya menjadi kawasan hijau yang terus disubsidi, melainkan mendapat
nilai tambah tersendiri. Artinya, bagaimana kawasan bisa memberi manfaat
ganda. Tak hanya menjadi asset berharga Pemkot, tapi lebih memberi
manfaat ke masyarakat sesuai fungsinya sebagai kawasan konservasi, hutan
penelitian dan pendidikan.
Benarkah
kawasan ini tak memberi manfaat ganda? Bisa benar, dan bisa pula tidak.
Tapi, kalau memang kawasan mangrove ini dijadikan sebagai hutan
penelitian dan pendidikan, mungkin sudah saatnya dibangun perpustakan
dan laboratorium di sana. Biaya pembangunan, pengadaan buku buku dan
peralatan lab mungkin relatif besar, tapi manfaatnya jauh lebih besar
untuk mencerdaskan masyarakat.
Saya tidak suka blog anda
BalasHapusTerima Kasih atas Penilaian Anda :D ..
BalasHapuskampret jelek sekali blokx
BalasHapus